
JAKARTA - Bagi sebagian perempuan, datangnya menstruasi sering diiringi rasa tidak nyaman.
Umumnya keluhan berupa perut kram, pinggang pegal, atau perubahan suasana hati. Namun, pada kondisi tertentu, nyeri haid bisa meningkat begitu hebat hingga menyebabkan pusing, pandangan berkunang-kunang, bahkan pingsan. Fenomena ini tidak jarang membuat khawatir, seakan-akan pertanda penyakit serius.
Faktanya, perubahan alami yang terjadi pada tubuh selama siklus menstruasi memang bisa meningkatkan risiko pingsan. Dilansir Verywell Health, jenis pingsan yang paling umum dialami perempuan ketika haid adalah sinkop vasovagal, kondisi penurunan tekanan darah mendadak akibat respon tubuh terhadap rasa nyeri atau pemicu tertentu.
Baca Juga
Gejala sinkop vasovagal biasanya meliputi mual, berkeringat, pusing, penglihatan kabur, jantung berdebar, mati rasa, hingga wajah terlihat pucat. Perubahan hormon, perdarahan, gula darah rendah, maupun nyeri hebat yang menyertai menstruasi bisa menjadi faktor pemicu utama.
Berikut sepuluh kondisi yang dapat menyebabkan pingsan saat haid:
1. Nyeri Menstruasi
Penyebab paling umum adalah nyeri menstruasi itu sendiri. Nyeri bisa dipicu oleh dismenore primer, yakni kontraksi rahim akibat hormon prostaglandin yang diproduksi di lapisan endometrium ketika menstruasi dimulai.
Rasa sakit memicu peningkatan prostaglandin yang membuat pembuluh darah melebar. Akibatnya, tekanan darah turun drastis dan meningkatkan risiko sinkop.
2. Fibroid Rahim
Fibroid atau leiomioma merupakan tumor jinak yang tumbuh di rahim. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan nyeri saat haid, tetapi juga perdarahan berat, kembung, kesulitan BAB, nyeri saat berhubungan, bahkan infertilitas.
Kombinasi nyeri dan perdarahan deras bisa membuat tubuh lemah dan meningkatkan risiko pingsan.
3. Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, misalnya di ovarium, tuba fallopi, usus, hingga hati. Pertumbuhan jaringan abnormal ini menimbulkan nyeri intens, terutama ketika menstruasi, dan dapat berkontribusi terhadap sinkop.
4. Adenomiosis
Adenomiosis ditandai dengan pertumbuhan lapisan dalam rahim ke dinding otot rahim. Kondisi ini menyebabkan rasa sakit yang sangat intens. Meski lebih banyak dialami perempuan usia 40–50 tahun, kini adenomiosis juga sering terdiagnosis pada usia lebih muda.
5. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
PCOS ditandai kadar androgen tinggi, ketidakseimbangan hormon, pembesaran ovarium, resistensi insulin, dan sering disertai kelebihan berat badan.
Meski tidak semua penderita mengalami nyeri, beberapa penelitian mengaitkan ketidakseimbangan hormon PCOS dengan munculnya kram hebat saat haid. Rasa sakit ini berpotensi memicu pingsan pada sebagian perempuan.
6. Menstruasi Deras
Aliran menstruasi yang terlalu deras sering dipicu penumpukan lapisan endometrium. Kondisi ini mendorong produksi prostaglandin lebih tinggi, sehingga memunculkan nyeri dan risiko pingsan.
Selain itu, perdarahan berat bisa menimbulkan anemia. Ketika jumlah oksigen dalam darah berkurang, otak merespons dengan gejala seperti pusing, lemas, hingga kehilangan kesadaran.
7. Perubahan Hormon
Hormon estrogen dan progesteron naik-turun sepanjang siklus menstruasi. Pada awal periode, keduanya berada pada titik terendah. Fluktuasi ini memengaruhi kondisi fisik, mulai dari penurunan energi, gangguan sirkulasi darah, hingga reaksi sinkop.
8. Hipoglikemia
Pada sebagian perempuan, perubahan hormon bisa memengaruhi sensitivitas insulin. Hal ini memicu penurunan gula darah atau hipoglikemia, bahkan pada orang tanpa riwayat diabetes.
Hipoglikemia memicu vasovagal yang membuat tekanan darah turun mendadak. Gejalanya meliputi keringat dingin, gemetar, pusing, dan dalam kasus berat bisa menyebabkan pingsan.
9. Pergeseran Cairan Tubuh
Kadar hormon yang rendah memengaruhi distribusi cairan. Cairan dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan, misalnya menyebabkan bengkak pada kaki atau pergelangan. Akibatnya, volume darah berkurang dan oksigen yang mengalir ke otak menurun.
Saat tubuh kehilangan banyak cairan, perubahan posisi dari duduk ke berdiri bisa memicu hipotensi ortostatik, yaitu tekanan darah drop mendadak yang berujung pingsan.
10. POTS (Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome)
Pergeseran cairan akibat fluktuasi hormon juga memperburuk kondisi POTS. Gangguan ini membuat sistem saraf tidak mampu mengatur detak jantung dan tekanan darah dengan baik.
Gejalanya lebih terasa saat menstruasi, seperti kelelahan ekstrem, jantung berdebar, pusing, hingga pingsan berulang.
Pingsan saat menstruasi bukanlah hal sepele. Nyeri hebat, perubahan hormon, hingga kondisi medis tertentu dapat menjadi pemicunya. Meski umumnya disebabkan respon alami tubuh seperti sinkop vasovagal, gejala yang terlalu sering atau berat sebaiknya tidak diabaikan.
Konsultasi dengan tenaga medis penting dilakukan, terutama jika disertai perdarahan berlebihan, nyeri tak tertahankan, atau gejala lain yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Mengetahui faktor penyebab sejak dini dapat membantu perempuan mengelola kesehatan reproduksi dengan lebih baik.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Kosmetik Ber-SPF, Apakah Cukup Lindungi Kulit dari UV?
- 03 Oktober 2025
2.
Literasi Digital Orangtua Jadi Kunci Cegah Anak Kecanduan Gadget
- 03 Oktober 2025
3.
Resep Bumbu Mie Aceh Autentik dengan Rempah Tradisional
- 03 Oktober 2025
4.
Waspada Kekurangan Vitamin D, Anak Rentan Sakit Pernapasan
- 03 Oktober 2025
5.
10 Manfaat Ikan Salmon untuk Kulit Sehat dan Awet Muda
- 03 Oktober 2025